Surabaya, 22 Desember 2012
Untuk Ibuku Tercinta…
Seseorang yang Tak Pernah Lelah Menyayangiku…
Hari ini Sabtu tepat tanggal 22 Desember 2012. Kata
orang-orang hari ini biasa dirayakan sebagai hari Ibu. Hari Ibu hanya bagi
mereka yang bisa merayakannya, yang bisa berkumpul bahagia dengan Ibu mereka
masing-masing. Dan ini berarti sudah 19 tahun aku tak pernah mengucapkan
langsung padamu Ibu. Seperti tahun-tahun sebelumnya aku hanya bisa bersembunyi
di balik surat ini, tanpa mampu setidaknya memberi ucapan melalui pesan singkat
atau kado kecil. Entahlah, selalu ada saja dinding pembatas waktu untuk
mengucapkannya dihadapanmu secara langsung. Bukan karena aku tak ingin, aku
hanya belum mampu untuk melakukannya. Sejujurnya aku iri pada mereka yang
begitu mudah mengucapkan itu semua. Aku pun ingin mendapat ciuman pipi dari Ibu
seperti yang lainnya.
Ibu…
Aku lahir tanpa apa-apa. Engkaulah
yang mengajariku segalanya. Membesarkanku dengan segala upaya. Berharap aku
jadi orang yang berguna. Ketika aku menangis dalam takut. Engkaulah yang
menenangkanaku. Dan ketika aku jatuh sakit. Engkaulah yang selelu berada di
sampingku. Engkau menegurku ketika aku salah. Engkau mengingatkanku ketika aku
lupa.
Engkau menghiburku ketika aku sedih. Engkaulah yang menyembuhkanku ketika aku terluka
Kau telah melihat aku tertawa. Engkau juga pernah melihat aku menangis Dan kau selalu ada di sana bersamaku. Bila aku merasa sendirian di tengah keramaian. Bila engkau berpikir siapa orang No.1 yang bisa mengerti diriku. Ketika cintaku ditolak oleh orang lain dan ketika aku membenci hidupku sendiri, maka akan kupejamkan mata ini, aku tak ingin melihat pahitnya dunia ini, yang ingin kupandang hanyalah wajahmu seorang yang mencintaiku lebih dari yang lainnya, yang selalu peduli padaku dalam kesepian, dan menderita ketika mengetahui aku menangis.
Engkau menghiburku ketika aku sedih. Engkaulah yang menyembuhkanku ketika aku terluka
Kau telah melihat aku tertawa. Engkau juga pernah melihat aku menangis Dan kau selalu ada di sana bersamaku. Bila aku merasa sendirian di tengah keramaian. Bila engkau berpikir siapa orang No.1 yang bisa mengerti diriku. Ketika cintaku ditolak oleh orang lain dan ketika aku membenci hidupku sendiri, maka akan kupejamkan mata ini, aku tak ingin melihat pahitnya dunia ini, yang ingin kupandang hanyalah wajahmu seorang yang mencintaiku lebih dari yang lainnya, yang selalu peduli padaku dalam kesepian, dan menderita ketika mengetahui aku menangis.
Ibu…
Ketika itu, bertahun-tahun
sudah kau berteman dengan penyakitmu itu, bolak balik ke rumah sakit adalah hal
yang sudah biasa kami alami. Namun semua itu ternyata membuatmu jengah, jenuh,
bosan !!! Ada saatnya dimana engkau sudah tidak memerlukan semua obat-obatan
yang dianjurkan dokter, engkau hanya berpasrah kepada Tuhan sang pencipta, di
titik kesabaran, engkau mengatakan sudah cukup untuk semua ini, tidak mau ke
dokter lagi, apapun yang terjadi, itu sudah kehendak-Nya. Semoga sakit yang
selama ini dialaminya, apabila dengan sabar dan ikhlas menerima semua cobaan-Nya,
insya Allah akan menjadi penggugur dosa-dosanya. Insya Allah…
Satu hal yang membuatku
sampai saat ini bersedih berita kepergianmu yang seolah mendadak. Pagi harinya,
aku masih bisa mencium tangan dan keningmu serta memelukmu untuk berpamitan ke
sekolah, meskipun tubuhmu yang lemah dan mulai habis digerogoti sedikit demi
sedikit oleh penyakit itu hingga kau tak bisa berbuat apa-apa lagi, tak ada
kata-kata lagi yang terucap dari mulutmu. Sejak itu kau hanya diam membisu,
tubuhmu penuh dengan peluh, dingin seperti es….
Ibu…
Ternyata hari itu adalah
hari terakhir aku bisa memelukmu. Kau tinggalkan kenangan yang tak akan aku
lupakan sampai kapan pun. Saat-saat kita sholat bersama, mengaji bersama,
menyanyi bersama, memasak bersama, belajar bersama dan semua yang kau ajarkan
kembali terngiang di otakku…
Tuhan…
Andai ibuku bisa kembali.
Aku tak ingin ada tangisan di dunia ini. Aku berharap tidak ada lagi hal yang
sama terjadi ibuku, terjadi juga pada orang lain.
Tuhan…
Bolehkah aku memohon satu
hal kecil pada-Mu? Satu hal kecil tapi amat besar dan begitu berarti bagiku. Biarkanlah
aku bisa melihat kembali wajah cantik penuh kelembutan dan kasih sayang itu.
Walaupun itu hanya lewat mimpi, setidaknya aku bisa menyapa dan mengucapkan
selamat Hari Ibu kepadanya. Akan kubasuh dan kubersihkan kakimu seperti engkau
membasuh kakiku di kala kecil dulu. Selamat jalan Ibu. Semoga amal ibadahmu di dunia
fana ini di terima di sisi-Nya.
Tuhan…
Ampunilah dia berilah
rahmat kepadanya selamatkanlah dia maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat
yang mulia, luaskan kuburannya mandikan dia dengan air salju dan air es.
Bersihkan dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju yang
putih dari kotoran berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya berilah keluarga
yang lebih baik daripada keluarganya dan masukkan dia ke SurgaMu, jagalah dia
dari siksa kubur dan Neraka.
Tuhan…
Sesungguhnya ibuku dalam
tanggungan-Mu dan tali perlindungan-Mu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan
siksa Neraka. Engkau adalah Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas
kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.”
Ibu…
Kini aku telah dewasa. Berusaha
mengejar dan meraih asa dan cita-cita. Berharap aku menjadi orang yang berguna
suatu kelak nanti. Demi mewujudkan harapan, cita-cita, dan impian keluarga.
Terima kasih Ibu, Engkaulah segalanya bagiku. Tanpamu kini aku bukanlah apa-apa.
Tak ada sutera yang begitu lembut seperti belaianmu. Tak ada tempat yang paling
nyaman selain pangkuan dan belaian mesramu. Tak ada bunga yang lebih cantik
selain senyum manismu. Tak ada jalan yang begitu berbunga-bunga seperti yang
dicetak dengan langkah kakimu.
Ibu…
Kau adalah alasan kenapa
aku ada. Kasihmu padaku tak kan terbalas sepanjang masa. Terima kasih Ibu untuk
segalanya…..
Oleh: Putra Kecilmu yang Selalu
Engkau Cintai
Ahmad Faizin Alma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar