Jumat, 20 Desember 2013

Kembali Tentang Hujan

*Ahmad Faizin Alma


sebenarnya ini adalah tulisan saya di blog sebelah. Masih tentang hujan, karena bulan ini hujan selalu turun, makanya tidak ada habisnya tulisan tentang hujan.

kadang ada berbeda tentang hujan, ada kisah tentang kerinduan juga di sana. Kisah tentang hati yang tertaut kepada kenangan. Kdang ada sedikit getaran yang kita sendiri juga tidak tahu itu getaran apa. Sedikit resah dan ingatan kepada seseorang yang telah mengukir di hati. Bukan begitu?

tapi dibalik getar rindu dan resah ada manusia yang selalu mengutuki hujan. manusia, makhluk jenis apa mereka? Hidup dengan otak yang kerjaannya menggerutu. Menggeruu tentang apa yang Tuhan berikan. kenapa dirinya saja yang tidak digerutuki?

Aneh bukan?

satu menit yang lalu, saya bersama seseorang yang saya juga tidak saya kenal. Dia berkata, "Ah.. Hujan!! naju saya basah! kenapa mesti hujan? Jemuran saya tidak kering!"

manusia itu sepertinya bertugas hanya menggerutu. dikasih panas menggerutu, dikasih hujan sama saja. Apa harusnya langit berikan?

padahal sedikit saja untuk bersyukur dan sejenak meresapi langit, pastinya akan menikmati semua kenikmatan yang ada. Air yang jatuh dari langit itu, tidak pernah marah atau memastikan dirinya untuk jatuh atau tidak. Dia juga tidak pernah menyalahkan langit ketika kilat dan gelegar menghiasi langit.

air yang turun itu, menikmati tugasnya dengan apa adanya. tidak pernah menolak. bagaimana dengan manusia? coba saja manusia bisa seperti air yang turun dari langit. dunia ini pasti tidak akan dipenuhi oleh suara yang mengutuki langit. damai. suara-suara itu hanya membuat polisi suara saja!

Surabaya, 21 Desember 2013

Senin, 16 Desember 2013

Islamku, Islam Anda, Islam Kita


Apa sih yang dimaksud "Islamku, Islam Anda, Islam Kita"?
***
"Islamku" adalah Islam yang saya (Gus Dur) alami, yang tidak akan pernah dialami oleh orang lain (anda). Karena itu, Gus Dur menegaskan bahwa dia harus bangga dengan pengalaman keagamaannya, namun tidak boleh MEMAKSAKANNYA kepada orang lain. Sebaliknya, orang lain yang punya pengalaman keagamaan berbeda tidak boleh memaksakan pengalaman keagamaannya kepada saya (Gus Dur).

"Islam Anda" adalah Islam yang lahir dari keyakinan orang lain (Anda), dan tidak bisa saya (Gus Dur) alami.

Adapun "Islam Kita" adalah Islam yang memikirkan kemajuan Islam di kemudian hari. Yang berusaha mewujudkan Islam rahmatan lil Alamin. "Islam Kita" merupakan watak komprehensif yang mencakup "Islamku" dan "Islam Anda". Orang yang berpikir tentang "Islam Kita" adalah muslim yang baik...
***
Selengkapnya baca "Islamku, Islam Anda, Islam Kita", karya KH. Abdurrahman Wahid...

^_^

Terima Kasih Ibu untuk Segalanya ^_^

Surabaya, 22 Desember 2012
Untuk Ibuku Tercinta…
Seseorang yang Tak Pernah Lelah Menyayangiku…
Hari ini Sabtu tepat tanggal 22 Desember 2012. Kata orang-orang hari ini biasa dirayakan sebagai hari Ibu. Hari Ibu hanya bagi mereka yang bisa merayakannya, yang bisa berkumpul bahagia dengan Ibu mereka masing-masing. Dan ini berarti sudah 19 tahun aku tak pernah mengucapkan langsung padamu Ibu. Seperti tahun-tahun sebelumnya aku hanya bisa bersembunyi di balik surat ini, tanpa mampu setidaknya memberi ucapan melalui pesan singkat atau kado kecil. Entahlah, selalu ada saja dinding pembatas waktu untuk mengucapkannya dihadapanmu secara langsung. Bukan karena aku tak ingin, aku hanya belum mampu untuk melakukannya. Sejujurnya aku iri pada mereka yang begitu mudah mengucapkan itu semua. Aku pun ingin mendapat ciuman pipi dari Ibu seperti yang lainnya.
Ibu…
Aku lahir tanpa apa-apa. Engkaulah yang mengajariku segalanya. Membesarkanku dengan segala upaya. Berharap aku jadi orang yang berguna. Ketika aku menangis dalam takut. Engkaulah yang menenangkanaku. Dan ketika aku jatuh sakit. Engkaulah yang selelu berada di sampingku. Engkau menegurku ketika aku salah. Engkau mengingatkanku ketika aku lupa.
Engkau menghiburku ketika aku sedih. Engkaulah yang menyembuhkanku ketika aku terluka
Kau telah melihat aku tertawa. Engkau juga pernah melihat aku menangis Dan kau selalu ada di sana bersamaku. Bila aku merasa sendirian di tengah keramaian. Bila engkau berpikir siapa orang No.1 yang bisa mengerti diriku. Ketika cintaku ditolak oleh orang lain dan ketika aku membenci hidupku sendiri, maka akan kupejamkan mata ini, aku tak ingin melihat pahitnya dunia ini, yang ingin kupandang hanyalah wajahmu seorang yang mencintaiku lebih dari yang lainnya, yang selalu peduli padaku dalam kesepian, dan menderita ketika mengetahui aku menangis.
Ibu…
Ketika itu, bertahun-tahun sudah kau berteman dengan penyakitmu itu, bolak balik ke rumah sakit adalah hal yang sudah biasa kami alami. Namun semua itu ternyata membuatmu jengah, jenuh, bosan !!! Ada saatnya dimana engkau sudah tidak memerlukan semua obat-obatan yang dianjurkan dokter, engkau hanya berpasrah kepada Tuhan sang pencipta, di titik kesabaran, engkau mengatakan sudah cukup untuk semua ini, tidak mau ke dokter lagi, apapun yang terjadi, itu sudah kehendak-Nya. Semoga sakit yang selama ini dialaminya, apabila dengan sabar dan ikhlas menerima semua cobaan-Nya, insya Allah akan menjadi penggugur dosa-dosanya. Insya Allah…
Satu hal yang membuatku sampai saat ini bersedih berita kepergianmu yang seolah mendadak. Pagi harinya, aku masih bisa mencium tangan dan keningmu serta memelukmu untuk berpamitan ke sekolah, meskipun tubuhmu yang lemah dan mulai habis digerogoti sedikit demi sedikit oleh penyakit itu hingga kau tak bisa berbuat apa-apa lagi, tak ada kata-kata lagi yang terucap dari mulutmu. Sejak itu kau hanya diam membisu, tubuhmu penuh dengan peluh, dingin seperti es….
Ibu…
Ternyata hari itu adalah hari terakhir aku bisa memelukmu. Kau tinggalkan kenangan yang tak akan aku lupakan sampai kapan pun. Saat-saat kita sholat bersama, mengaji bersama, menyanyi bersama, memasak bersama, belajar bersama dan semua yang kau ajarkan kembali terngiang di otakku…
Tuhan…
Andai ibuku bisa kembali. Aku tak ingin ada tangisan di dunia ini. Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi ibuku, terjadi juga pada orang lain.
Tuhan…
Bolehkah aku memohon satu hal kecil pada-Mu? Satu hal kecil tapi amat besar dan begitu berarti bagiku. Biarkanlah aku bisa melihat kembali wajah cantik penuh kelembutan dan kasih sayang itu. Walaupun itu hanya lewat mimpi, setidaknya aku bisa menyapa dan mengucapkan selamat Hari Ibu kepadanya. Akan kubasuh dan kubersihkan kakimu seperti engkau membasuh kakiku di kala kecil dulu. Selamat jalan Ibu. Semoga amal ibadahmu di dunia fana ini di terima di sisi-Nya.
Tuhan…
Ampunilah dia berilah rahmat kepadanya selamatkanlah dia maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia, luaskan kuburannya mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya berilah keluarga yang lebih baik daripada keluarganya dan masukkan dia ke SurgaMu, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.
Tuhan…
Sesungguhnya ibuku dalam tanggungan-Mu dan tali perlindungan-Mu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau adalah Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.”
Ibu…
Kini aku telah dewasa. Berusaha mengejar dan meraih asa dan cita-cita. Berharap aku menjadi orang yang berguna suatu kelak nanti. Demi mewujudkan harapan, cita-cita, dan impian keluarga. Terima kasih Ibu, Engkaulah segalanya bagiku. Tanpamu kini aku bukanlah apa-apa. Tak ada sutera yang begitu lembut seperti belaianmu. Tak ada tempat yang paling nyaman selain pangkuan dan belaian mesramu. Tak ada bunga yang lebih cantik selain senyum manismu. Tak ada jalan yang begitu berbunga-bunga seperti yang dicetak dengan langkah kakimu.
Ibu…
Kau adalah alasan kenapa aku ada. Kasihmu padaku tak kan terbalas sepanjang masa. Terima kasih Ibu untuk segalanya…..


Oleh:   Putra Kecilmu yang Selalu Engkau Cintai
Ahmad Faizin Alma