Selasa, 31 Desember 2013

Selamat Tahun Baru Kawan (Gus Mus)

Salah Satu Karangan KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Selamat Tahun Baru Kawan
Kawan, sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk, memandang diri sendiri
Bercermin Firman Tuhan sebelum kita dihisabNya
Kawan, siapakah kita ini sebenarnya
Muslimin kah?
Mukminin?
Muttaqin?
kholifah Alloh?
Ummat Muhammad kah kita?
Khoiro ummatin kah kita?
Atau kita sama saja dengan makhluk lain?
Atau bahkan lebih rendah lagi
Hanya budak-budak perut dan kelamin
Iman kita pada Alloh dan yang gaib rasanya lebih tipis daripada uang kertas ribuan
Lebih pipih dari rok perempuan
Betapa pun tersiksa, kita khusuk di depan massa
Dan tiba-tiba buas dan binal justru di saat sendiri bersamaNya
Syahadat kita rasanya seperti perut bedug
Atau pernyataan setia pegawai rendah aja, kosong tak berdaya
Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam Ibu-ibu
Lebih cepat dari menghirup kopi panas
Dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak muda
Doa kita sesudahnya justru lebih serius, kita memohon hidup enak di dunia dan bahagia di sorga
Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal makan minum dan saat istirahat
Tanpa mengeser acara buat sahwat
Ketika datang lapar atau haus kita pun manggut-manggut OoOoO beginikah rasanya
Dan kita merasa sudah memikirkan saudara-saudara kita yang melarat
Zakat kita jauh lebih dari berat terasa di banding tukang becak melepas penghasilannya untuk kupon undian yang sia-sia
Kalau pun terkeluarkan harapan pun tanpa ukuran
Upaya-upaya Tuhan menggantinya berlipat ganda
Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri
Mencari pengalaman spiritual dan matrial
Membuang uang kecil dan dosa besar
Lalu pulang membawa label suci asli made in Saudi, Haji
Kawan, lalu bagaimana, bilamana dan berapa lama kita bersamaNya
Atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya
Mensiasati dunia sebagai khalifahNya
Kawan, tak terasa kita memang semakin pintar
Mungkin kedudukan kita sebagai kholifah mempercepat proses kematangan kita
Paling tidak kita semakin pintar berdalih
Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran
Melaco dan menipu demi keselamatan
Memamerkan kekayaan demi mensyukuri kenikmatan
Memukul dan mencaci demi pendidikan
Berbuat semaunya demi kemerdekaan
Tidak berbuat apa-apa demi ketentraman
Membiarkan kemungkaran demi kedamaian
Pendek kata demi semua yang baik halallah semua sampai pun yang paling tidak baik
Lalu bagaiman dengan cendekiawan dan seniman
Para mubaligh dan kyai
Penyambung lidah Nabi
Jangan ganggu mereka
Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman sedang merenungkan apa saja
Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana-mana
Para kyai sedang sibuk berfatwa dan berdoa
Para pemimpin sedang mengatur semuanya
Biarkan mereka diatas sana
Menikmati dan meratapi nasip dan persoalan mereka sendiri
Kawan, selamat tahun baru
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk, memandang diri sendiri.....


Video: http://www.youtube.com/watch?v=Aqn0NdzYqhs

Jumat, 20 Desember 2013

Kembali Tentang Hujan

*Ahmad Faizin Alma


sebenarnya ini adalah tulisan saya di blog sebelah. Masih tentang hujan, karena bulan ini hujan selalu turun, makanya tidak ada habisnya tulisan tentang hujan.

kadang ada berbeda tentang hujan, ada kisah tentang kerinduan juga di sana. Kisah tentang hati yang tertaut kepada kenangan. Kdang ada sedikit getaran yang kita sendiri juga tidak tahu itu getaran apa. Sedikit resah dan ingatan kepada seseorang yang telah mengukir di hati. Bukan begitu?

tapi dibalik getar rindu dan resah ada manusia yang selalu mengutuki hujan. manusia, makhluk jenis apa mereka? Hidup dengan otak yang kerjaannya menggerutu. Menggeruu tentang apa yang Tuhan berikan. kenapa dirinya saja yang tidak digerutuki?

Aneh bukan?

satu menit yang lalu, saya bersama seseorang yang saya juga tidak saya kenal. Dia berkata, "Ah.. Hujan!! naju saya basah! kenapa mesti hujan? Jemuran saya tidak kering!"

manusia itu sepertinya bertugas hanya menggerutu. dikasih panas menggerutu, dikasih hujan sama saja. Apa harusnya langit berikan?

padahal sedikit saja untuk bersyukur dan sejenak meresapi langit, pastinya akan menikmati semua kenikmatan yang ada. Air yang jatuh dari langit itu, tidak pernah marah atau memastikan dirinya untuk jatuh atau tidak. Dia juga tidak pernah menyalahkan langit ketika kilat dan gelegar menghiasi langit.

air yang turun itu, menikmati tugasnya dengan apa adanya. tidak pernah menolak. bagaimana dengan manusia? coba saja manusia bisa seperti air yang turun dari langit. dunia ini pasti tidak akan dipenuhi oleh suara yang mengutuki langit. damai. suara-suara itu hanya membuat polisi suara saja!

Surabaya, 21 Desember 2013

Senin, 16 Desember 2013

Islamku, Islam Anda, Islam Kita


Apa sih yang dimaksud "Islamku, Islam Anda, Islam Kita"?
***
"Islamku" adalah Islam yang saya (Gus Dur) alami, yang tidak akan pernah dialami oleh orang lain (anda). Karena itu, Gus Dur menegaskan bahwa dia harus bangga dengan pengalaman keagamaannya, namun tidak boleh MEMAKSAKANNYA kepada orang lain. Sebaliknya, orang lain yang punya pengalaman keagamaan berbeda tidak boleh memaksakan pengalaman keagamaannya kepada saya (Gus Dur).

"Islam Anda" adalah Islam yang lahir dari keyakinan orang lain (Anda), dan tidak bisa saya (Gus Dur) alami.

Adapun "Islam Kita" adalah Islam yang memikirkan kemajuan Islam di kemudian hari. Yang berusaha mewujudkan Islam rahmatan lil Alamin. "Islam Kita" merupakan watak komprehensif yang mencakup "Islamku" dan "Islam Anda". Orang yang berpikir tentang "Islam Kita" adalah muslim yang baik...
***
Selengkapnya baca "Islamku, Islam Anda, Islam Kita", karya KH. Abdurrahman Wahid...

^_^

Terima Kasih Ibu untuk Segalanya ^_^

Surabaya, 22 Desember 2012
Untuk Ibuku Tercinta…
Seseorang yang Tak Pernah Lelah Menyayangiku…
Hari ini Sabtu tepat tanggal 22 Desember 2012. Kata orang-orang hari ini biasa dirayakan sebagai hari Ibu. Hari Ibu hanya bagi mereka yang bisa merayakannya, yang bisa berkumpul bahagia dengan Ibu mereka masing-masing. Dan ini berarti sudah 19 tahun aku tak pernah mengucapkan langsung padamu Ibu. Seperti tahun-tahun sebelumnya aku hanya bisa bersembunyi di balik surat ini, tanpa mampu setidaknya memberi ucapan melalui pesan singkat atau kado kecil. Entahlah, selalu ada saja dinding pembatas waktu untuk mengucapkannya dihadapanmu secara langsung. Bukan karena aku tak ingin, aku hanya belum mampu untuk melakukannya. Sejujurnya aku iri pada mereka yang begitu mudah mengucapkan itu semua. Aku pun ingin mendapat ciuman pipi dari Ibu seperti yang lainnya.
Ibu…
Aku lahir tanpa apa-apa. Engkaulah yang mengajariku segalanya. Membesarkanku dengan segala upaya. Berharap aku jadi orang yang berguna. Ketika aku menangis dalam takut. Engkaulah yang menenangkanaku. Dan ketika aku jatuh sakit. Engkaulah yang selelu berada di sampingku. Engkau menegurku ketika aku salah. Engkau mengingatkanku ketika aku lupa.
Engkau menghiburku ketika aku sedih. Engkaulah yang menyembuhkanku ketika aku terluka
Kau telah melihat aku tertawa. Engkau juga pernah melihat aku menangis Dan kau selalu ada di sana bersamaku. Bila aku merasa sendirian di tengah keramaian. Bila engkau berpikir siapa orang No.1 yang bisa mengerti diriku. Ketika cintaku ditolak oleh orang lain dan ketika aku membenci hidupku sendiri, maka akan kupejamkan mata ini, aku tak ingin melihat pahitnya dunia ini, yang ingin kupandang hanyalah wajahmu seorang yang mencintaiku lebih dari yang lainnya, yang selalu peduli padaku dalam kesepian, dan menderita ketika mengetahui aku menangis.
Ibu…
Ketika itu, bertahun-tahun sudah kau berteman dengan penyakitmu itu, bolak balik ke rumah sakit adalah hal yang sudah biasa kami alami. Namun semua itu ternyata membuatmu jengah, jenuh, bosan !!! Ada saatnya dimana engkau sudah tidak memerlukan semua obat-obatan yang dianjurkan dokter, engkau hanya berpasrah kepada Tuhan sang pencipta, di titik kesabaran, engkau mengatakan sudah cukup untuk semua ini, tidak mau ke dokter lagi, apapun yang terjadi, itu sudah kehendak-Nya. Semoga sakit yang selama ini dialaminya, apabila dengan sabar dan ikhlas menerima semua cobaan-Nya, insya Allah akan menjadi penggugur dosa-dosanya. Insya Allah…
Satu hal yang membuatku sampai saat ini bersedih berita kepergianmu yang seolah mendadak. Pagi harinya, aku masih bisa mencium tangan dan keningmu serta memelukmu untuk berpamitan ke sekolah, meskipun tubuhmu yang lemah dan mulai habis digerogoti sedikit demi sedikit oleh penyakit itu hingga kau tak bisa berbuat apa-apa lagi, tak ada kata-kata lagi yang terucap dari mulutmu. Sejak itu kau hanya diam membisu, tubuhmu penuh dengan peluh, dingin seperti es….
Ibu…
Ternyata hari itu adalah hari terakhir aku bisa memelukmu. Kau tinggalkan kenangan yang tak akan aku lupakan sampai kapan pun. Saat-saat kita sholat bersama, mengaji bersama, menyanyi bersama, memasak bersama, belajar bersama dan semua yang kau ajarkan kembali terngiang di otakku…
Tuhan…
Andai ibuku bisa kembali. Aku tak ingin ada tangisan di dunia ini. Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi ibuku, terjadi juga pada orang lain.
Tuhan…
Bolehkah aku memohon satu hal kecil pada-Mu? Satu hal kecil tapi amat besar dan begitu berarti bagiku. Biarkanlah aku bisa melihat kembali wajah cantik penuh kelembutan dan kasih sayang itu. Walaupun itu hanya lewat mimpi, setidaknya aku bisa menyapa dan mengucapkan selamat Hari Ibu kepadanya. Akan kubasuh dan kubersihkan kakimu seperti engkau membasuh kakiku di kala kecil dulu. Selamat jalan Ibu. Semoga amal ibadahmu di dunia fana ini di terima di sisi-Nya.
Tuhan…
Ampunilah dia berilah rahmat kepadanya selamatkanlah dia maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia, luaskan kuburannya mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya berilah keluarga yang lebih baik daripada keluarganya dan masukkan dia ke SurgaMu, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.
Tuhan…
Sesungguhnya ibuku dalam tanggungan-Mu dan tali perlindungan-Mu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau adalah Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.”
Ibu…
Kini aku telah dewasa. Berusaha mengejar dan meraih asa dan cita-cita. Berharap aku menjadi orang yang berguna suatu kelak nanti. Demi mewujudkan harapan, cita-cita, dan impian keluarga. Terima kasih Ibu, Engkaulah segalanya bagiku. Tanpamu kini aku bukanlah apa-apa. Tak ada sutera yang begitu lembut seperti belaianmu. Tak ada tempat yang paling nyaman selain pangkuan dan belaian mesramu. Tak ada bunga yang lebih cantik selain senyum manismu. Tak ada jalan yang begitu berbunga-bunga seperti yang dicetak dengan langkah kakimu.
Ibu…
Kau adalah alasan kenapa aku ada. Kasihmu padaku tak kan terbalas sepanjang masa. Terima kasih Ibu untuk segalanya…..


Oleh:   Putra Kecilmu yang Selalu Engkau Cintai
Ahmad Faizin Alma

Senin, 09 Desember 2013

Terulangnya Tragedi Bintaro Jilid 2

Cerita sedih selalu datang bertamu di negara yang kaya ini. Baik kaya alamnya, kaya orang, kaya politiknya, kaya koruptornya.
Kehidupan Rakyat kecil bagi Iwan Fals merupakan suatu keadaan yang sangat "menarik" untuk ditampilkan dalam lirik lagunya, sebagai salah satu bukti kepeduliannya terhadap nasib mereka. Dengan demikian, wajar apabila sebagian besar lirik lagu Iwan berbicara tentang nasib rakyat kecil. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa dalam lirik lagunya, rakyat kecil digambarkan sebagai kelompok tertindas, diasingkan, dan selalu menderita. Mereka memiliki cara dan gaya tersendiri untuk menunjukkan kebahagiaan dan usaha dalam menghadapi kerasnya kehidupan.
Satu hal yang menonjol dalam lirik lagu Iwan Fals tentang rakyat kecil dan kepedulian sosial adalah kepekaannya dalam menangkap suatu peristiwa untuk diabadikan dalam sebuah lagu.

Salah satunya adalah tragedi kecelakaan kereta api di daerah Bintaro yang menelan korban ratusan jiwa manusia, diabadikan lewat lirik lagu berjudul '1910'. Ungkapan dalam lirik lagu Iwan Fals dapat menjadi pelajaran dan bahan renungan kepada orang yang kebetulan tidak mengalami peristiwa tersebut. Salah satu yang menarik untuk dibicarakan adalah lirik lagu yang berjudul 1910, dimana lagu tersebut mengisyaratkan betapa mengerikannya tragedi masa silam tersebut. 
Insiden kecelakaan kereta rel listrik yang menabrak truk tanki di perlintasan Pondok Betung, Bintaro, Jakarta, Senin siang (9/12/2013) mengingatkan pada tempat kecelakaan kereta api yang terjadi pada tahun 1987 yang dinyatakan sebagai musibah kereta api terburuk dalam sejarah transportasi Indonesia.
Insiden kecelakaan kereta pada 19 Oktober 1987 itu sempat diabadikan dalam lagu oleh penyanyi Iwan Fals dengan judul 1910, yaitu angka tanggal dan bulan kejadian.
Pada kecelakaan tahun 1987 yang juga pada hari Senin itu, ratusan jiwa menjadi korban akibat dua kereta berlawanan arah saling beradu di jalur yang sama.
Dua buah kereta api yakni KA255 jurusan Rangkasbitung – Jakarta dan KA 220 cepat jurusan Tanahabang – Merak bertabrakan di dekat stasiun Sudimara, Bintaro. Peristiwa itu terjadi persis pada jam sibuk orang berangkat kantor, sehingga jumlah korban juga besar sangat besar yakni 153 orang tewas dan 300 orang luka-luka, di mana korban tewas seketika di lokasi mencapai 72 jiwa.


Iwan Fals - 1910


Apa kabar kereta yang terkapar di senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata… air mata…


Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata… air mata…


Berdarahkan tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa aku bosan
Lalu terangkat semua beban dipundak


Semudah itukah luka-luka terobati
Nusantara, tangismu terdengar lagi
Nusantara, derita bila terhenti


Bilakah… bilakah…
Sembilan belas oktober tanah Jakarta berwarna merah
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah
Air mata… air mata…


Oooh…
Nusantara langitmu saksi kelabu
Nusantara terdengar lagi tangismu
Ho.. ho… ho…


Nusantara kau simpan kisah kereta
Nusantara kabarkan marah sang duka

Saudaraku pergilah dengan tenang

Sebab luka sudah tak lagi panjang.


Peristiwa ini merupakan kecelakaan kereta api di daerah Bintaro, yang menelan korban ratusan jiwa manusia. Kereta tersebut merupakan rangkaian kereta kelas ekonomi sehingga sebagian besar penumpang yang menjadi korban adalah masyarakat yang termasuk golongan menengah ke bawah. Apabila tidak mengamati isi lirik lagunya, angka '1910' yang dijadikan judul akan diartikan sebagai angka tahun. Padalah angka '1910' tersebut mengandung arti tanggal 19, bulan 10 atau bulan Oktober karena peristiwa kecelakaan kereta api yang dituangkan lewat lirik lagu ini terjadi pada tanggal 19 Oktober.
Dalam bait pertama, frase 'hancurkan mimpi bawa kisah air mata', mengandung arti bahwa peristiwa ini mengejutkan semua pihak. Apalagi peristiwa tersebut menelan korban jiwa yang jumlahnya sangat banyak sehingga sampai dikatakan dengan 'tanah Jakarta berwarna merah'.
Pada saat itu, berdasarkan penyelidikan pihak yang berwenang, ternyata kecelakaan tersebut diakibatkan oleh kesalahan dalam menentukan waktu pemberangkatan. Penuangan tragedi kecelakaan kereta api ini tidak lepas dari pengamatan Iwan Fals untuk menyampaikan kritik dengan mengatakan 'berdarahkah tuan yang duduk di belakang meja', 'atau cukup hanya ucapkan bela sungkawa', 'aku bosan'.
Secara simbolis Iwan Fals mengatakan bahwa tragedi kecelakaan ini seharusnya menjadi cermin bagi pihak yang berkompeten (perusahaan kereta api) untuk memperbaiki pelayanannya.
Seperti lirik lagu Iwan Fals lain yang mengisahkan tentang rakyat kecil, terlihat adanya usaha untuk menjalin hubungan secara emosional kepada pembaca/pendengar melalui kata 'aku' dan 'saudaraku'. Hal ini dapat memberikan rangsangan sehingga lirik lagu tersebut seolah-olah merupakan suara hati dan jeritan pembaca sendiri dalam merasakan penderitaan akibat peristiwa tersebut. Dengan demikian, lirik lagu ini dapat memberikan suatu peringatan dan pelajaran kepada manusia agar peristiwa tersebut tidak terjadi lagi pada masa-masa yang akan datang. amin.

Sebagian dari tulisan diatas diambil dari buku 'Fals, Nyanyian di Tengah Kegelapan' celoteh 4 halaman 71 - 71 dan 78 - 80.


Semoga ini menjadi pelajaran bagi semua elemen perkeretaan, Pemerintah dan kita semua.

“Pemberantasan Korupsi di Negara Kleptokrasi: Patah Tumbuh Hilang Berganti, Mati Satu Tumbuh seribu”

Itulah mungkin tema yg patut diangkat bertepatan dengan Hari Anti Korupsi Sedunia hari ini, Senin 09-12-13. Negara demokrasi ini seperti menuju ke arah kleptokrasi. Itulah kondisi yang ada saat ini riil terjadi. Tentu tepat ungkapan di atas. Sebab, dengan mencermati realitas kekinian, saat ini kasus-kasus korupsi  di berbagai level begitu marak. Korupsi bukan hanya dilakukan oleh para pejabat negara di tingkat pusat hingga daerah, tetapi bahkan dipraktikkan secara sempurna oleh para wakil rakyat yang tentu merupakan pilar demokrasi di pusat hingga daerah. Bahkan, kasus terbaru adalah para ketua parpol menjadi dalang korupsi dan tersangkut dengan masalah ini.

Barangkali kleptokrasi masih asing di telinga pembaca Indonesia. Kleptokrasi berasal dari bahasa Yunani yang pada awalnya adalah kata klepto dan kratein. Klepto dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan maling sementara kratein tidak jauh berbeda dengan kata diperintah. Kratein biasanya mengacu kepada sebuah bentuk administrasi publik. Bila merujuk pada arti kata tersebut maka kleptokrasi dapat diartikan sebagai sebuah bentuk administrasi publik yang menggunakan uang yang berasal dari publik untuk memperkaya diri sendiri atau antek-anteknya. Hal ini tidak jauh dari praktik kronisme, korupsi, kolusi, nepotisme dan termasuk makelarisme.

Menurut Transparansi Internasional yang membuat peringkat negara-negara terkorup di dunia, tahun ini Indonesia menempati posisi ke-114 dari 177 negara. Sungguh suatu prestasi yang tidak buruk dalam hal keburukan, korupsi. Ada yang menyatakan bahwa korupsi sudah merupakan budaya di Indonesia. Oleh karena itu sulit untuk diberantas. Bahkan bangsa Indonesia ini seperti sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang termasuk tindak korupsi dan mana yang bukan. Kalau kita naik motor tanpa surat-surat yang lengkap, kemudian ada razia dan kita ditilang oleh polisi, seringkali kita mengajukan “damai” dengan polisi yang menilang kita. Dalam persepsi umum, tindakan melanggar hukum hanya ditujukan kepada para polisi yang melakukan pungli itu; tapi jarang sekali yang menuduh kita, para pengendara motor itu, yang melanggar dua kesalahan sekaligus: pertama, melanggar peraturan lalu lintas karena tidak memiliki surat-surat seperti SIM dan STNK, dan yang kedua menyuap polisi.

Indonesia menuju negara kleptokrasi atau negara yang nantinya akan diurus oleh para maling didorong oleh sistem demokrasi saat ini. Semua orang berhak mengajukan diri menjadi pemimpin (anggota DPR/DPRD, walikota, bupati, gubernur bahkan presiden) asalkan memiliki modal (uang) yang besar. Coba lihat saat ini proses pemilihan anggota DPR/DPRD yang membutuhkan banyak uang. Tidak hanya untuk setoran kepada partai yang akan mengusung mereka, juga karena tingginya biaya demokrasi itu sendiri seperti kampanye dan segala macamnya. Hal yang bukan menjadi rahasia lagi bahwa untuk menjadi seorang walikota atau bupati, seseorang harus mengeluarkan uang Rp. 5 Milyar sampai Rp. 10 Milyar. Atau seorang calon gubernur bisa mengeluarkan biaya sampai Rp. 30 Milyar atau lebih untuk membiayai kampanye dan juga membayar partai yang akan mengusungnya. Bila dihitung-hitung, gaji resmi yang diperoleh sebagai walikota/bupati atau gubernur tidak akan sebesar biaya untuk menjadi pejabat itu.

Lalu apa yang diharapkan untuk mengembalikan modal untuk menjadi pejabat itu? Tentu saja uang-uang tidak halal yang berasal dari proyek-proyek dari wilayah yang dikuasainya. Modusnya, pejabat yang bersangkutan melalui kaki tangannya mengatur berbagai proyek atau bahkan anggaran yang seharusnya untuk rakyat bisa dikerjakan oleh kroni-kroninya. Dengan demikian dia dengan leluasa meminta “jatah” dari proyek tersebut. Modus lain, tentu banyak hal licik yang bisa mereka lakukan. Bila dilihat lebih jauh, persoalan ketidakjujuran ini tidak dapat dilihat dari permukaan saja karena ini bukan persoalan sederhana, kita bisa melihat sudah terjadi pergeseran nilai di dalam masyarakat kita dalam cara memandang ketidakjujuran. Contohnya dalam dunia politik ini, bagaimana sistem pemilihan langsung yang mengeluarkan biaya besar bagi calon untuk menarik suara dari pemilih membuat ongkos yang besar. Karena ongkos politik yang semakin besar itu maka para politikus setelah menjabat masih berfikir untuk mengembalikan modal mereka sebelum menjabat. Akhirnya kleptokrasi pun tidak dapat dihindari kalau sistemnya masih seperti ini.

Sekiranya korupsi merupakan persoalan politik, untuk memberantasnya cukup diperlukan beberapa periode kepresidenan saja. Sekiranya korupsi merupakan persoalan sosial, untuk memberantasnya diperlukan waktu yang lebih lama, mungkin lima puluh tahun. Sekiranya korupsi merupakan persoalan budaya, untuk memberantasnya, seratus tahun belumlah cukup untuk mengubah budaya bangsa itu. Kita bisa bercermin pada Singapura, tetangga kita, yang peringkat korupsinya menurut Transparansi Internasional berbanding terbalik dengan Indonesia (menduduki posisi kelima terbersih dalam hal korupsi dari 177 negara). Semasa Lee Kwan Yuu menjadi perdana menteri (yang tentu saja bergaji besar, bandingkan gaji presiden Indonesia yang seringkali gajinya tidak lebih tinggi dari salah satu presiden direktur BUMN-nya) ke kantornya selalu membawa termos dari rumah. Artinya, untuk minum pun dia tidak menggunakan minuman yang disediakan negara. Mentalitas semacam inilah yang diperlukan oleh orang-orang kita, dalam posisi apa pun; yakni mentalitas menentang arus. Orang Jepang menamai spirit ini dengan istilah koinobori.

Tampaknya, inilah mentalitas yang perlu kita tanamkan dalam institusi-institusi (minimal pada diri kita masing-masing) pendidikan kita, spirit untuk menantang arus yang tidak dimiliki dalam budaya kita, spirit untuk tidak terjerumus dalam praktik kleptorasi. Bukankah praktik-praktik korupsi berawal dari sekolah? Awalnya, mereka dibiarkan oleh gurunya untuk menyontek, ngerpek, menyalin jawaban yang telah dipersiapkan sebelumnya ke lembar jawaban ujiannya. Begitupun ketika mereka kuliah di perguruan tinggi. Ketika lulus dan menduduki posisi jabatan tertentu, mereka tidak lagi memindahkan contekannya, melainkan memindahkan angka-angka dari kas negara atau publik yang notabene uang rakyat ke dalam rekening pribadinya. Malah ada yang memindahkannya ke rekening perempuan simpanannya. Kalau begini terus kapan korupsi ini mau dicabut sampai ke akar-akarnya? Yang terjadi malahan “Patah Tumbuh Hilang Berganti, Mati Satu Tumbuh Seribu”.

Minggu, 08 Desember 2013

Lagu “Cublak-Cublak Suweng” yang Kaya Makna dan Filosofi Kehidupan






Cublak-cublak suweng, suwenge teng gelenter,mambu ketundhung gudel, pak empo lera-lere,sopo ngguyu ndhelikake, Sir-sir pong dele kopong,Sir-sir pong dele kopong, sir-sir pong dele kopong.
Lagu dolanan anak-anak di Jawa, karya Sunan Giri (1442M) ini berisi syair ‘sanepo’ (simbol) yg sarat makna, tentang nilai-nilai keutamaan hidup manusia. 
Cublak-cublak suweng, Cublak Suweng artinya tempat Suweng. Suweng adalah anting perhiasan wanita Jawa. Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu Suweng(Suwung, Sepi, Sejati) atau Harta Sejati.
Suwenge teng gelenter, Suwenge Teng Gelenter, artinya suweng berserakan. Harta Sejati itu berupa kebahagiaan sejati sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia.
Mambu ketundhung gudel, Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak Kerbau). Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan Gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Pak empo lera-lere, Pak empo (bapak ompong) Lera-lere (menengok kanan kiri). Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun hartanya melimpah, ternyata itu harta palsu, bukan Harta Sejati atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri.
Sopo ngguyu ndhelikake, Sopo ngguyu (siapa tertawa) Ndhelikake (dia yg menyembunyikan). menggambarkan bahwa barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan Tempat Harta Sejati atau kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum-sumeleh dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang serakah.
Sir-sir pong dele kopong, Sir (hati nurani) pong dele kopong (kedelai kosong tanpa isi). Artinya di dalam hati nurani yang kosong. Maknanya bahwa untuk sampai kepada menemu Tempat Harta Sejati (Cublak Suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari atribut kemelekatan pada harta benda duniawi, mengosongkan diri, tersenyum sumeleh,rendah hati, tidak merendahkan sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam Sir-nya atau hati nuraninya.
Pesan moral lagu dolanan “Cublak Suweng” adalah:
“Untuk mencari harta kebahagiaan sejati janganlah manusia menuruti hawa nafsunya sendiri  atau serakah, tetapi semuanya kembalilah ke dalam hati nurani, sehingga harta kebahagiaan itu bisa meluber melimpah menjadi berkah bagi siapa saja ”.Karya Waliyulloh Sunan Giri (1442M)